Rabu, 16 Mei 2012

Paradigma Remaja dalam konteks pembangunan

sering kali kita mendengar mengapa pemikiran kita orng indonesia_red selalu tertinggal dalam artian dengan segala kapasitas yang ada kaya SDA yang melimpah akan tetapi semua itu dinikmati orang lain . 

kita mencoba melihat dakesalahan yang ada. apa penyebab dari semua itu .. ?? apakah karena besarnya ? atau sistemnya? semua mengandung kemungkinan, mungkin  karena besarnya dan kuasnya sehingga lebih mudah mengatur yang sifatnya kecil, tapi itu belum cukup dan bukan solusi. 
sebagai paradigma orang kita lebih suka menyantai dari pada  bekerja  keras. boleh dibilang bekerja keras akan menyia-nyiakan wakbtu. lebih menikmati apa adanya "betawakal kelewat batas"   kata seorang kyai L.C muda . Begitu juga perbedaan mindset pemikiran orang kampung dengan orang kota, santri, mahasiswa. Paradigma seorang santri bisa dikatan akan sukses jika menjadi seorang KYAI. Mahasiswa akan sukses jika menjadi seorang PNS. Pelajar SMA akan sukses jika menjadi seorang karyawan dengan gaji tertinggi.
Paradigma seperti inilah yang seharusnya diluruskan. Bekerja keras untuk masa depan menanamkan nilai kesuksesan bersama. Menguatkan asas TAUHID sebagai tempat kembali.
lingkungan adalah sebagai pengaruh yang sangat kuat tentunya diawali dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan.
keluaraga sebagai tempat tumpuan kasih sayang, cinta, dan juga nasehat. disinilah peran keluarga yang dikepalai seorang ayah sebagai manager rumah tangga harus mampu mengoptimalkan dan mempunya visi dan misi keluarga. mau dibawa kemana keluaga ini? pertanyaan pertama yang harus dijawab oleh seorang ayah. 
Sekolah sebagai tempat menimba ilmu dan berkreasi,dari sinilah berbagai pengetahuan akan didapat. Kepala sekolah, materi, adalah hal yang pertama yang mempengaruhi pemikiran seorang murid. kewajiban seorang ayah memilih, menelaah sekolah-sekolah yang ada unruk anaknya. Tentunya melihat tabiat seorang anak. atau watak yang wajib cocok dengan keadaan sekolah tersebut.